Kebutuhan Cinta dan Kasih Sayang Homelander di Serial The Boys dari Perspektif Psikologi - Didiet X-Fuera

Kebutuhan Cinta dan Kasih Sayang Homelander di Serial The Boys dari Perspektif Psikologi

 


Karakter Homelander dalam serial The Boys adalah sosok yang menarik untuk dianalisis secara psikologis. Dengan kekuatannya yang luar biasa, ia tampak tak terkalahkan di mata publik. Namun, di balik citra heroiknya, Homelander memperlihatkan kelemahan emosional yang mendalam dan rapuh, khususnya dalam hal kebutuhan cinta dan kasih sayang. Analisis perilakunya bisa dijelaskan melalui beberapa teori psikologi, yang memberi wawasan tentang bagaimana kebutuhan mendasar manusia, terutama cinta dan pengakuan, membentuk kepribadian seseorang.


1. Hierarki Kebutuhan Maslow


Teori Hierarki Kebutuhan yang dikemukakan oleh Abraham Maslow memberikan pandangan bahwa manusia memiliki lima tingkatan kebutuhan: fisiologis, keamanan, cinta dan rasa memiliki, penghargaan diri, serta aktualisasi diri. Homelander, meskipun memiliki kekuasaan dan kemuliaan yang tidak terjangkau orang biasa, mengalami kekurangan dalam dua kebutuhan penting, yaitu cinta dan rasa memiliki, serta penghargaan diri.


Kebutuhan Cinta dan Rasa Memiliki

Dari segi emosional, Homelander tidak pernah merasakan cinta yang sejati. Ia dibesarkan dalam lingkungan yang sangat terisolasi di bawah kendali Vought, sehingga tidak pernah mengenal hubungan keluarga yang sehat. Kekosongan ini membuatnya selalu mencari pengganti cinta dan perhatian dari orang-orang di sekitarnya. Obsesi Homelander terhadap Madelyn Stillwell merupakan contoh nyata betapa besarnya kebutuhan emosionalnya yang tak terpenuhi, di mana ia menganggap Stillwell sebagai figur ibu yang memberinya rasa aman, meskipun hubungan ini diliputi ketidakstabilan.


Penghargaan Diri

Kebutuhan Homelander akan penghargaan diri juga menjadi isu penting. Di depan umum, ia menampilkan persona yang penuh percaya diri, namun di balik itu, ia sangat bergantung pada pengakuan publik. Popularitas dan kekaguman dari masyarakat menjadi hal yang sangat vital baginya, karena itu adalah cara utama baginya untuk meredam perasaan tidak aman yang mendalam. Homelander takut kehilangan status "pahlawan" nomor satu dan terancam oleh siapa pun yang mungkin lebih baik atau lebih populer darinya.


2. Teori Kelekatan (Attachment Theory)


Teori kelekatan John Bowlby menekankan bahwa hubungan awal antara anak dengan pengasuh utamanya membentuk pola kelekatan di masa dewasa. Dalam konteks Homelander, ketidakhadiran sosok pengasuh yang stabil saat masa kecilnya di laboratorium menyebabkan ia membentuk keterikatan yang tidak aman, yang berdampak pada hubungan interpersonalnya.


Kelekatan yang Tidak Aman

Homelander menunjukkan pola avoidant attachment, di mana ia tampak berusaha menjaga jarak dari keintiman emosional yang sebenarnya ia butuhkan. Keterikatan yang tidak aman ini menyebabkan ia berperilaku manipulatif dan mendominasi, berusaha mendapatkan kendali atas orang-orang di sekitarnya sebagai bentuk kompensasi terhadap ketidakmampuannya merasakan kedekatan emosional yang stabil.


3. Teori Psikoanalisis Freud


Teori psikoanalisis Freud menyoroti dinamika antara id, ego, dan superego dalam pembentukan kepribadian. Homelander tampaknya didominasi oleh id-nya, yang mewakili impuls naluriah dan pemenuhan kebutuhan dasar. Sepanjang serial, Homelander berkali-kali mengekspresikan dorongan id-nya, baik dalam bentuk perilaku agresif maupun pencarian kepuasan emosional yang instan, tanpa mempertimbangkan aspek moral atau konsekuensi jangka panjang yang dilambangkan oleh superego.


Oedipus Kompleks yang Tidak Terselesaikan

Hubungan Homelander dengan Madelyn Stillwell dapat dianalisis melalui teori kompleks Oedipus Freud, di mana ia menganggap Stillwell sebagai figur ibu pengganti sekaligus objek ketertarikan seksual. Hubungan ini mencerminkan keinginannya yang belum terpenuhi untuk mendapatkan cinta ibu yang ia dambakan sejak kecil. Dinamika ini menunjukkan bagaimana trauma masa kecilnya memengaruhi perilaku dan keputusannya di masa dewasa.


4. Kebutuhan Emosional yang Tak Terpenuhi dan Konsekuensinya


Karakter Homelander menunjukkan bagaimana kekuatan luar biasa yang tidak diimbangi dengan pemenuhan kebutuhan emosional yang mendasar dapat menciptakan individu yang penuh masalah. Dalam upayanya untuk mengisi kekosongan emosional, Homelander berulang kali menunjukkan perilaku destruktif, baik terhadap dirinya sendiri maupun orang lain. Ketidakmampuan untuk menerima dan memberi cinta secara sehat menyebabkan Homelander terus terjebak dalam siklus mencari validasi melalui cara-cara yang merugikan orang lain.


Pada akhirnya, melalui kacamata psikologi, kita dapat memahami bahwa di balik kekuatan super Homelander, ada kebutuhan emosional yang mendalam yang tidak pernah terpenuhi, khususnya cinta dan rasa aman. Teori kebutuhan Maslow, keterikatan Bowlby, dan psikoanalisis Freud semuanya membantu menjelaskan mengapa Homelander begitu haus akan pengakuan dan dominasi. Akhirnya, kekosongan emosional ini menciptakan sosok yang tidak hanya penuh luka, tetapi juga berpotensi merusak, baik bagi dirinya maupun dunia di sekitarnya. Homelander adalah bukti nyata bahwa kekuatan besar tidak dapat menggantikan kebutuhan manusiawi untuk dicintai dan dihargai.

Get notifications from this blog