Teori Gestalt
Pendekatan gestalt memiliki peran penting dalam pembentukan persepsi. Pendekatan gestalt berdasarkan pada konsep bahwa keseluruhan sangat berbeda dari total bagian individual. Sternberg (2008:118) memaparkan bahwa pendekatan gestalt pertama kali dibentuk oleh psikolog ikonoklastik, seperti Kurt Koffka, Wolfang Köhler dan Max Wertheimer.
Palmer, Rock, dan Prinzmetal (Sternberg, 2008:118) mengungkapkan bahwa pendekatan gestalt membantu dalam memahami kelompok-kelompok yang membentuk keseluruhan secara integral. Pendekatan gestalt memiliki tujuan yaitu memantau secara langsung proses holistik secara lebih luas dalam memersepsikan struktur dalam lingkungan.
Kohler dan Wertheimer (Wade dan Tavris, 2008:208) mengungkapkan bahwa para psikolog gestalt meyakini bahwa strategi yang digunakan pada sistem visual dalam mengelompokkan bagian-bagian sensasi ke dalam unit persepsi telah ada sejak lahir atau berkembang dengan otomatis sejak masa bayi hingga mencapai kematangan. Namun, Quinn dan Bhatt (Wade dan Tavris, 2008:208) memaparkan bahwa pada penelitian modern, strategi sistem visual beberapa telah dipengaruhi oleh pengalaman.
Wade dan Tavris (2008:208) memaparkan empat prinsip gestalt, yaitu sebagai berikut.
- Kedekatan
Merupkan prinsip gestalt bahwa benda-benda yang saling berdekatan antara benda satu dengan benda yang lainnya cenderung dikatakan sebagai satu kesatuan kelompok. - Ketertutupan
Otak manusia cenderung ingin melengkapi celah informasi untuk memersepsikan bentuk-bentuk yang ada di lingkungan dengan sempurna. Informasi kurang sempurna yang diterima oleh otak cenderung membuat individu berusaha untuk memersepsikan bentuk agar menjadi sempurna. - Kesamaan
Bentuk atau benda-benda yang terlihat memiliki karakteristik yang sama, misal warna atau bentuk, individu cenderung memersipkan bahwa benda-benda berada dalam satu kelompok yang sama. - Kesinambungan
Individu cenderung memersepsikan garus dan pola sebagai suatu kesinambungan dalam waktu ataupun ruang.
Get notifications from this blog