Teori Efek Stroop - Didiet X-Fuera

Teori Efek Stroop


Efek Stroop pertama kali ditemukan oleh John Ridley Stroop pada tahun 1935. Sebelum tahun 1890, penelitian tersebut telah dimulai oleh ahli fisiologi (Bowditch dan Warre, J. W., 1890) yang kemudian penelitian tersebut dilanjutkan oleh psikolog hingga sekarang (Lester, 1932).

Efek Stroop (1935) berbicara tentang kemampuan atau ketidakmampuan individu untuk mengabaikan kata-kata berwarna saat ditugaskan untuk menyampaikan warna tinta dari kata tersebut. Salah satu contohnya, ketika kita diperintahkan membaca kata “HIJAU” yang berwarna MERAH. Penelitian tersebut mencari tahu apakah proses berbasis objek dapat memengaruhi efek Stroop.

Pandangan tersebut tidak memungkinkan pengamat untuk meninggalkan bagian yang tidak berhubungan dari objek yang diperlihatkan (Kahneman dan Henik, 1981).
MacLeod (1991) memaparkan bahwa J. Stroop fokus tentang cara terbaik untuk menjelaskan sebuah gangguan.

Dengan Peterson, pengawas disertasinya, Stroop ikut dalam penelitian tentang penamaan warna daripada pembacaan kata. Kemudian memunculkan ide bahwa stimulus gabungan incongruent dengan warna tinta.

Münsterberg (Stroop, 1935:15) telah memelajari pengaruh perubahan hambatan yang terjadi pada kehidupan sehari-hari sehari-hari seperti membuka pintu kamarnya, mencelupkan penanya dalam tinta, dan mengambil jam tangan dari sakunya. Pada akhirnya, dia kemudian menyimpulkan bahwa hubungan yang diberikan secara otomatis akan berfungsi meskipun beberapa pengaruh sebelumnya bertentangan.

Stroop (Wühr & Waszak, 2003:983) menjelaskan bahwa Stroop task yang sangat diketahui, para peneliti mencoba mencari tahu tentang peran seleksi input. Efek Stroop mengharuskan menamai warna tinta yang dicetak pada sebuah kata. Manipulasi yang diberikan dapat memengaruhi hubungan dan kesesuaian warna dan makna pada kata. Makna kata dapat congruent (misalnya, kata bertuliskan MERAH dengan tinta kata yang berwarna merah), netral (seperti, sebuah kata bertuliskan XXX dengan tinta kata yang berwarna merah), dan terakhir adalah incongruent (contoh, kata BIRU dengan tinta katanya berwarna merah).

MacLeod (Wühr & Waszak, 2003:983) menjelaskan bahwa stimulus-stimulus yang saling congruent dapat memberikan kemudahan menyebutkan kata pada peserta sehingga waktu respon yang diperlukan sangat singkat dibandingan dengan stimulus netral yang diberikan. Sedangkan, stimulus yang saling incongruent menghasilkan gangguan. Oleh karena itu waktu respon yang dibutuhkan lebih lama dibandingkan dengan stimulus yang diberikan.

Selain itu, Dyer dan MacLeod (Wühr & Waszak, 2003:983) memaparkan bahwa efek Stroop tidak hanya tampak saat warna tinta dan bentuk katanya saling berintegrasi, melainkan juga muncul saat warna dan bentuk tersebut saling terpisah secara spasial.

Kemudian, MacLeod (Sternberg, 2008:91) menjelaskan bahwa efek Stroop memberi pengaruh sehingga psikologis individu mengalami kesulitan dalam pemusatan atensi secara selektif pada warna tinta dan secara tidak langsung individu berusaha mengabaikan kata-kata yang telah dicetak dengan tinta warna tersebut. Efek Stroop terasa begitu sulit bagi beberapa individu khususnya bagi orang dewasa disebabkan karena membaca bagi orang dewasa adalah proses yang otomatis. Membaca tidak lagi dapat diatur pada alam bawah sadar.

Get notifications from this blog

1 komentar