Hubungan Gender dengan Depresi - Didiet X-Fuera

Hubungan Gender dengan Depresi



Radolf dan Rae (Helgeson, 2012) mengemukakan bahwa perbedaan jenis kelamin dalam depresi dapat dipahami dengan membedakan dua faktor, yaitu susceptibility dan precipitating. Faktor susceptibility (kerentanan) adalah bawaan lahir, biasanya bilogis, faktor yang menempatkan perempuan pada resiko yang besar untuk depresi dibandingkan laki-laki. Faktor precipitating (mempercepat) adalah peristiwa lingkungan yang mencetuskan depresi. Jika faktor lingkungan khusus menstimulasi depresi dan perempuan menghadapinya lebih banyak dari laki-laki, maka depresi mungkin dicetuskan lebih pada perempuan daripada laki-laki.

Teori perbedaan jenis kelamin dalam depresi harus mempertimbangkan bahwa perbedaan jenis kelamin dalam depresi tidak muncul sampai masa remaja. Twenge dan Nolen-Hoeksema (Helgeson, 2012) mengemukakan bahwa sebelum usia 13 atau 14, anak laki-laki dan perempuan sama depresi atau anak laki-laki lebih mungkin depresi dibandingkan anak perempuan. Nolen-Hoeksema dan Girgus (Helgeson, 2012) mengemukakan bahwa teori perbedaan jenis kelamin dalam depresi harus mengambil satu dari tiga bentuk, yaitu:

-      Teori sama sebab, mengemukakan bahwa faktor sama yang menyebabkan depresi pada perempuan dan laki-laki, tapi faktor tersebut harus meningkat selama masa remaja hanya untuk perempuan. Contohnya, gambaran diri yang jelek berhubungan depresi pada perempuan dan laki-laki, tapi hanya meningkat diantara anak perempuan selama masa remaja.

-      Teori berbeda sebab, mengemukakan bahwa terdapat perbedaan penyebab depresi anak perempuan dan laki-laki, dan hanya penyebab depresi anak perempuan yang meningkat selama masa remaja. Contohnya gambaran diri yang jelek berhubungan dengan depresi diantara anak perempuan dan menjadi atlit yang buruk berhubungan dengan depresi diantara anak laki-laki. Teori ini dapat menjelaskan perbedaan jenis kelamin dalam depresi selama masa remaja bahwa gambaran diri yang negatif (faktor resiko depresi pada perempuan) lebih lazim pada masa remaja dibandingkan kemampuan atletik yang buruk (faktor resiko depresi pada laki-laki) tidak berubah sepanjang waktu.

-     Teori interaktif, mengemukakan bahwa perempuan selalu merupakan sebuah resiko untuk depresi, tapi kejadian masa remaja mengaktifkan faktor resiko tersebut. Contohnya perempuan lebih prihatin dengan hubungannya dibandingkan laki-laki dan ketidakpuasan hubungan lebih kuat berhubungan kepada distres perempuan dibandingkan laki-laki. Prihatin dengan hubungan akan menjadi faktor resiko perempuan. Hal ini dapat berinteraksi dengan kejadian yang terjadi selama masa remaha seperti konflik interpersonal. Karena perempuan lebih fokus hubungan, sehingga menjadikan perempuan lebih mungkin memberikan reaksi dengan depresi dibandingkan laki-laki.

Get notifications from this blog